Awal tahun 2019 diawali dengan traveling ke Kuala Lumpur, yang pasti kali ini bukan dalam rangka mau liburan manjah tapi lebih ke photo hunting bersama teman-teman.
Serunya kali ini saya pergi dengan Lumix Indonesia dan Focus Nusantara, dari sini jadi dapat banyak banget pelajaran untuk street photography.
Mungkin disini ada yang sudah pernah lihat festival Thaipusam? Kebetulan kemarin waktu City Scape di Kuala Lumpur, destinasi hari ketiga adalah ke Batu Caves, padahal sudah kebayang bakal foto ala Tara Milk Tea gitu. Ternyata waktu sampai sana penuh sekali karena bersamaan dengan festival Thaipusam.
Waktu sampai di Batu Caves, saya memperhatikan setiap orang yang datang pasti mengenakan pakaian dengan warna kuning. Mereka datang lengkap bersama keluarga, banyak juga yang membawa anak bayi.
Selama berjalan memasuki Batu Caves, banyak juga melihat aktivitas orang-orang khususnya pria yang sedang mencukur rambutnya.
Bingung awal lihatnya, apakah ini semacam kewajiban bagi seorang pria yang akan mengikuti festival ini?
Perayaan Thaipusam
Festival Thaipusam ini merayakan momen ketika Parvati memberikan “tombak” Vel kepada Murugan agar Murugan dapat mengalahkan setan Soorapadman.
Terdapat keyakinan bahwa Thaipusam merupakan hari kelahiran Murugan, tetapi menurut Vaikhasi Vishakam (yang jatuh pada bulan Vaikhasi atau Mei / Juni) adalah hari kelahiran Murugan.
Mereka yang datang ke Batu Caves ini berjalan kaki dari rumah mereka, kalau menurutku semacam keluarga besar yang kesini. Yang unik diawal waktu pertama lihat adalah setiap kelompok diiringi dengan musik untuk masuk ke dalam hingga dia berada diatas untuk masuk kedalam gua.
Waktu awal lihat mereka antara penasaran, takut dan takjub. Mungkin ini karena pertama kali aku lihat festival Thaipusam ini. Ditambah melihat dari mereka ini ada yang pada bagian mulutnya dipasangkan semacam tusukan dari pipi kanan ke kiri atau bagian tubuhnya digantungkan mata pancing.
Tetapi tidak semua orang melakukan hal ini katanya, banyak juga orang India yang tidak ikut Thaipusam.
Sebenarnya yang bikin saya penasaran itu sama bawaan mereka yang ada didalam tempat yang berbahan alumunium yang mereka bawa diatas kepalanya. Ternyata waktu saya bertanya sama seorang ibu, itu didalamnya terdapat susu.
Dan katanya menurut kepercayaan mereka susu itu dianggap suci akrena warnanya putih melambangkan kesucian. Susu yang mereka bawa ini, juga ditutup dengan kain berwarna kuning sama dengan warna baju yang mereka pakai pada hari itu.
Membawa Kavadi
Saya takjub dan sempat terpana adalah apa yang dibawa oleh para laki-laki ini, sejujurnya ngeri. Kebayang kalau misal itu bisa terjatuh, karena lihat dari apa yang dibawa sepertinya berat sekali. Dan yang lebih membuat saya degdegan itu mereka harus membawa benda tersebut sampai atas loh.
Selain patung dewa Murugan juga ada bulu burung merak dan bunga-bungaan. Pembawa Kavadi ini kemarin itu laki-laki semua, apa mungkin ini persyaratannya?
Yang saya lihat salah satu pembawa Kavadi ini seperti ingin jatuh tapi langsung dibantu oleh keluarga mereka yang mengiringi. Pembawa Kavadi juga bisa sambil duduk dulu disaat masih mengantri untuk naik kearah ata gua.
Saya juga melihat ada yang memijat kakinya, memberikan minum, menepuk kedua pipi pembawa Kavadi dan ada yang menyemangati. Yang paling khas tercium itu bau bakaran yang mereka bawa. Pokoknya waktu pertama lihat saya merasa kasihan tapi begitu ngobrol dengan orang India yang dekat saya, ternyata memang seperti itu.
Sangat menarik sekali bisa melihat festival Thaipusam ini, jadi selain saya kemarin itu melakukan street photography. Tapi juga dapat pengalaman baru dalam melihat upacara yang dilakukan oleh orang India.
Setelah melihat festival Thaipusam, rasanya saya ingin mengeksplor festival lainnya terlebih yang ada di Indonesia dulu nih. Ketagihan street photography sebenarnya, mungkin ini efek saya pergi bersama master street photography mas Yuliandi.
Leave a Reply