![]() |
Kalau ngomongin Demam Berdarah Dengue (DBD) saya jadi mengingat ke tahun 2014, untuk pertama kali dan tidak ingin lagi terkena DBD. Awal Maret tahun 2014 selama kurang lebih saya demam, dihari pertama dan kedua demam masih bisa teratasi dengan obat penurun panas. Ternyata dihari ketiga panasnya manteng gak mau turun dong, badan juga rasanya remuk banget.
Ayah saya saat itu panik karena dari pagi saya panas tapi dalam tubuh saya merasa kedinginan, panas di 39 akhirnya nyerah dan menuju rumah sakit. Saya memilih dekat rumah saja karena mau tes darah, kurang lebih satu jam hasil tes pun datang. Dokter IGD siang itu memberitahu bahwa saya positif DBD dan harus segera dirawat.
Sialnya saat itu kamar rumah sakit sedang penuh semua, tidak tersisah satu pun. Dokter pun bilang dirumah sakit ini banyak pasien dengan diagnosa DBD, minta tolong ke pihak rumah sakit untuk mencarikan alternatif rumah sakit seputaran Bekasi. Beberapa rumah sakit saat itu sedang penuh, tidak ada kamar pun, dan saya tidak bisa rawat jalan karena harus dalam pantauan dokter.
Akhirnya saya menuju rumah sakit di Jakarta Selatan agar memudahkan mobilitas suami kala itu. Ok setelah pencarian beberapa rumah sakit, akhirnya saya mendapatkan kamar di rumah sakit Jakarta Selatan. Saya turun di lobby dan berjalan menuju IGD rumah sakit tersebut, tak perlu menunggu lama saya langsung diperiksa. Ternyata panas saya naik lagi tapi kali ini dengan suhu 41,7 dan suster jaga pun kaget langsung mengambil tindakan untuk segera memberikan saya obat penurun panas.
Lagi-lagi permasalahan ada dikamar yang penuh dan sedang menunggu salah satu pasien yang akan check out. Jam 18.00 saya baru bisa masuk kamar setelah menunggu kurang lebih tiga jam waktu itu. Sampai didalam kamar saat itu saya mikir “se-hype itukah DBD saat ini?”. Karena suster yang membawa saya ke kamar sambil bilang “pasien dilantai ini semuanya adalah pasien DBD”.
Lalu dihari keempat dimana saat itu suami saya selalu menemani saya dirumah sakit, dia pun demam dan saya minta tolong sama suster untuk bawa segera ke IGD. Dan tak berapa lama saya ditelpon dari ruang IGD bahwa suami saya positif DBD. Ya Allah… apa iya DBD itu menular? Pikir saya saat itu yang bengong habis terima telpon.
Dari kejadian ini saya banyak belajar dan kapok gak mau lagi jadi pasien DBD, gak enak banget. Badan lemes, sendi-sendi juga sakit, belum lagi harus berjuang menaikan thrombosit, mau makan aja lidah berasa gak enak. Pokoknya kapok deh.
Meet Up Healthies Bersama Kementerian Kesehatan
![]() |
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid Dir P2PTVZ dan dr. Gia Pratama |
Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terus bertambah. Secara nasional jumlah kasus hingga tanggal 3 Februari 2019 adalah sebanyak 16.692 kasus dengan 169 orang meninggal dunia. Kasus terbanyak ada di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, NTT dan Kupang.
Apalagi musim hujan seperti sekarang ini, telur nyamuk akan menetas sangat banyak sekali. Kebayang gak sih setiap dua atau tiga hari sekali nyamuk Demam Berdarah bertelur sebanyak 30-150 telur dan bisa bertahan tanpa air selama enam bulan.
Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk. Dalam pemaparannya dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid Dir P2PTVZ mengungkapkan bahwa:
- Serotype D1, D2, D3 dan D4
- Nyamuk Ae.aegypti dan Ae.alpbopictus tersebar diseluruh pelosok Indonesia
- Berwarna hitam dan belang-belang (loreng) putih pada seluruh tubuhnya
- Berkembang biak ditempat penampungan air dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang
- Berkembang biak diselokan atau got atau kolam air yang langsung berhubungan dengan tanah
- Biasanya mengigit (menghisap darah) pada pagi hari hingga sore hari
- Mampu terbang sejauh 100 meter
- Nyamuk Aedes Aegypti yang sudah mengandung virus dengue, seumut hidupnya dapat menularkan kepada orang lain
- Dalam darah manusia, virus dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu kurang dari seminggu
Berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan untuk pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) dirumah:
- Menutup tempat penampungan air
- Menguras tempat penampungan air
- Mengubur barang bekas
- Tidak menggantung pakaian
- Tidur memakai olesan anti nyamuk
Selain kelima hal tersebut bisa dilakukan sendiri dirumah, ada hal yang tak kalah penting dapat dilakukan juga. Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, Jumantik ini kepanjangan dari Juru Pemantau Nyamuk. Jumantik sendiri merupakan anggota masyarakat yang secara sukarela memantau keberadaan jentik nyamuk Aedes Aegypti di lingkungannya. Mereka memiliki tanggung jawab untuk mendorong masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin.
Untuk yang suka menanam dirumah bisa menambahkan koleksi tanamannya dengan beberapa jenis tanaman sebagai berikut:
- Bunga Tahi Kotok
- Tanaman Zodia
- Bunga Krisan
- Bunga Tembelekan
- Bunga Kenanga
- Bunga Lavender
- Tanaman Serai
- Tanaman Serai Wangi
- Tanaman Kayu Putih
- Tanaman Kemangi
Sharing Dengan Ibu Nina F. Moeloek – Menteri Kesehatan Republik Indonesia
![]() |
Ibu Nila F. Moeloek, Ibu Menteri Kesehatan Republik Indonesia |
Tak hanya dengan dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid Dir P2PTVZ pada hari itu Healthies juga berkesempatan tanya jawab dengan ibu Nila F. Moeloek, Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Ibu Nila juga mengajak kita untuk terus menjaga kebersihan dirumah.
Selain dirumah, saat kita keluar rumah pun bisa jadi nyamuk yang sudah terdapat virus demam berdarah tersebut bisa mengigit kita dengan leluasa. Saran ibu Nila jika keluar rumah bisa dibantu dengan menggunakan minyak olesan anti nyamuk.
Larvitrap
![]() |
Foto by Google |
Larvitrap ini berfungsi untuk tempat nyamuk bertelur, namun saat jentik berkembang menjadi larva dan nyamuk akan mati karena tidak bisa keluar. Larvitrap merupakan Teknologi Tepat Guna (TTG) yang mudah direplikasi dan digunakan oleh masyarakat. Larvitrap juga dapat digunakan sebagai alat surveilans (pemantauan) vektor, dan sebagai alat pengendalian vektor.
Kebetulan diperumah saya tinggal para warga sudah diwajibkan untuk membuat Larvitrap sendiri dirumah. Bahkan bapak Rukun Warga (RW) memberikan tutorial cara pembuatan via what’s app kepada bapak Rukun Tetangga (RT) untuk diteruskan kepada warganya.
“Ayo ajak warga bikin dan pasang Larvitrap sendiri dirumah agar jadi keluarga yang bebas dari demam berdarah”
Itu adalah kalimat pembuka di what’s app yang diteruskan oleh bapak RT ke mamah saya. Awalnya emang males banget dan belum paham soal Larvitrap tapi setelah Meet Up Healthies ini saya tergerak untuk membuatnya dirumah.
![]() |
Berikut ini cara MUDAH dan MURAH yang bisa dicoba. COcok untuk diterapkan di perumahan, sekolah, rumah sakit dan lainnya. Apalagi kalau hal ini bisa dikenalkan kepada siswa disekolah untuk dibuat dan dicoba sebagai prakarya namun dapat membantu mencegah penyebaran nyamuk demam berdarah.
Yang dibutuhkan:
- 200 ml air
- 50 gram gula merah
- 1 gram ragi (bisa beli di toko makanan kesehatan, warung atau pasar)
- Botol plasti ukuran 1,5 liter (bisa menggunaka botol air mineral atau soft drink)
Langkah-langkah pembuatannya:
- Potong botol plastik di tengah, simpan bagian atas/mulut botol
- Campur gula merah dengan air panas. Biarkan hingga dingin dan kemudian tuangkan diseparuh bagian potongan bawah botol
- Tambahkan ragi, tidak perlu diaduk. Ini akan menghasilkan karbon-dioksida
- Pasang / masukkan potongan botol bagian atas dengan posisi terbalik seperti corong
- Bungkus botol dengan sesuatu yang hitam (bisa dengan kain atau kantong plastik)
Dalam dua minggu, kita dapat melihat jumlah nyamuk yang mati dalam botol. Selain membersihkan habitat mereka, tempat berkembang biak nyamuk dapat menggunakan metode sangat berguna yang bisa diterapkan di sekolah, kantor, rumah tinggal, rumah sakit dan lainnya.
![]() |
Foto by Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI |
![]() |
Foto by Satto Raji |
Keseruan Meet Up Healthies bersama teman-teman blogger dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Semoga sharing tentang Demam Berdarah Dengue (DBD) dari saya bermanfaat, happy reading!
Leave a Reply