
Super excited sekali akhirnya hari Minggu, 23 Februari 2025 bisa berkunjung ke Wisma Habibie dan Ainun di Patra Kuningan, Jakarta Selatan. Teman-teman pasti tau untuk bisa ikutan tur sejarah ini tuh warnya ngalahin beli tiket Kpop gaes.
Penasaran banget soalnya pengin lihat dalam rumah eyang Habibie, soalnya dulu kalau mau kerja cuma lewatin doangkan. Nah ini pun jadi salah satu momen di mana akhirnya saya bisa main ke rumah mantan Presiden Republik Indonesia ketiga.
Wisma Habibie dan Ainun membuat perasaanku campur aduk sih, selain senang banget bisa jadi salah satu cucu intelektual yang hadir. Tadi ada perasaan sedih juga saat berada di dalam, apalagi waktu di ruangan persemayaman eyang Habibie dan Ainun waktu itu.
Cara Ikutan Tur Sejarah

Karena banyak yang tanya juga bagaimana caranya bisa ikutan tur sejarah ke rumah eyang Habibie dan Ainun. Waktu itu ada pendaftaran yang dibuka melalui media sosial instagram @wismahabibieainun.
Ini juga awalnya dikasih tau sama teman saya, akhirnya kami berdua mendaftar dan ada pilihan hari untuk kunjungannya. Kami berdua memilih hari Minggu tanggal 2 Februari kalau gak salah awalnya.
Eh ternyata walau sudah daftar ini pun belum tentu bisa dapat, nanti akan ada email yang dikirim untuk melakukan reservasi lagi. Untung waktu itu sempat cek email, biasanya kalau hari libur saya jarang sekali cek email.
Eh pas mau klik pilihan hari yang sudah dipillih gak bisa, alias full. Terus cek hari lainnya bisa berarti masih ada kuotanya nih, akhirnya saya pilih hari Minggu, 23 Februari 2025. Alhamdulillah… dapat tiketnya, tapi tidak dengan teman saya.
Btw ini tuh berbayar ya teman-teman, untuk bisa masuk sini kita harus membayar Rp 175.000 perorang. Tapi kalau buatku ini sepadan banget. Dengan harga segitu sudah bisa ikut tur sejarah, dapat souvenir dan ada meals favoritnya eyang Habibie dan Ainun.
Ternyata kemarin itu adalah rangkaian terakhir tur sejarah dari Wisma Habibie dan Ainun. Semoga nanti akan dibuka kembali ya, karena masih banyak banget yang ingin berkunjung ke rumah eyang Habibie dan Ainun.
Sambutan Yang Hangat dari Keluarga

Paling senang kalau datang ke rumah orang itu disambut dengan hangat dan ramah. Itulah yang terjadi saat saya dan cucu-cucu intelektual lainnya hadir di rumah eyang Habibie dan Ainun.
Tepat jam 16.00 WIB mas Archie Wirija menyambut kami semua dengan ramah dan penuh senyum diwajahnya. Kebayangkan para cucu intelektual pun pasti sama senangnya dengan mas Archie.

Sebelum memulai tur sejarah, kami para cucu intelektual dibagi menjadi 3 kelompok. Saya dapat grup lobi yang dipandu oleh mas Satria kalau gak salah, termasuk salah satu keponakan eyang Habibie.
Untuk grup lobi sudah pasti akan mulai dari area depan baru ke dalam ya. Setelah tadinya kami berkumpul di perpustakaan lalu lanjut mengikuti para tur guidenya. Kami mulai dari ruangan depan.
Ada Apa Saja di Wisma Habibie dan Ainun
Salah satu kebanggaanku nih bisa main ke rumah eyang Habibie dan Ainun. Ada jugakah teman-teman yang sudah ke sini? Untuk yang belum jangan khawatir, baca dari reviewku dulu ya. Hahahaa…
1. Ruang Bhineka Tunggal Ika

Untuk kami yang tergabung dalam grup lobi, tur sejarah dimulai dari ruang budaya. Yup, di ruangan ini terdapat panel-panel budaya yang melambangkan lima pulau besar di Indonesia.
Panel-panel budaya yang ada di lobi ini memang mencerminkan perbedaan ragam budaya Indonesia tapi tetap satu. Sesuai dengan penamaannya, Lobi Bhineka Tunggal Ika.
2. Panel Keagamaan

Setelah dari area lobi Bhineka Tunggal Ika, kami diajak menuju ke area dalam rumah. Kali ini kita menyusuri bagian luar terlebih dahulu, tapi ada hal yang menarik di sini. Karena sepanjang area selasar terdapat panel yang menarik pandangan mata.
Bedanya kalau di selasar ini terdapat panel keagamaan, jadi panelnya ini mencerminkan keragaman dan harmoni antarumat beragama di Indonesia. Panel ini berisikan simbol dan tempat ibadah dari berbagai agama.
- Islam: Masjid Baiturrahman
- Kristen: Gereja Katedral Jakarta dan Gereja Blenduk Semarang Jawa Tengah
- Hindu-Buddha: Ornamen yang mencerminkan dari kedua agama tersebut.
- Pengaruh Tionghoa: panel ini berisikan perdagangan Tiongkok, karena ini menunjukkan komunitas Tionghoa dalam sejarah Indonesia.
3. Taman Intelektual

Dari selasar tadi kita dibawa menuju ke taman belakang yang terbuka ini, kalau gak salah ini dinamakan Taman Intelektual. Di taman ini terdapat beberapa replika patung yang melambangkan intelektualitas.
Salah satu patung yang menarik dan pasti teman-teman tau, patung “The Thinker” yang merupakan karya Auguste Rodin. Masih ada beberapa patung lainnya selain Thinker. Eits… patung ini memang replika tapi tetap punya lisensi resmi loh ya gaes.
4. Perpustakaan

Dari area Taman Intelektual, kami semua dibawa menuju Perpustakaan. Ini sih salah satu yang paling saya tunggu, bisa melihat langsung ruang perpustakaan milih eyang Habibie dan Ainun.
Tadinya saya ingin mengajak anakku untuk ikut serta, karena dia suka sekali dengan pesawat terbang. Saya juga menjadikan eyang Habibie itu jadi role modelnya untuk membuat pesawat terbang.
Gila sih waktu masuk sini tuh perasaan juga campur aduk sekali sih. Karena memang senang banget bisa berada di dalam perpustakaan milik eyang yang biasa digunakan sehari-hari semasa hidupnya.
Penasaran gak sih di perpustakaan ini ada apa saja?
Terdapat Banyak Buku Kebudayaan

Buku-buku yang ada di dalam sini tuh jumlahnya sekitar 5.000an buku. Banyak bangetkan, coba buku di rumah teman-teman ada berapa? Fyi, buku-buku yang ada di perpustakaan ini rata-rata tentang kebudayaan dan seni ya.
Oh ya buku-buku yang ada di perpustakaan ini sedang dalam proses digitalisasi. Harapannya buku-buku ini bisa dibaca secara mudah oleh masyarakat luas. Tapi memang harus sabar ya, banyak banget bukunya.
Miniatur Pesawat Terbang


Di dalam perpustakaan ini juga terdapat miniatur pesawat N250 dan CN235 buatan eyang Habibie. Ini sih yang menjadi alasanku kalau bisa anakku, oengin kasih lihat dia jenis pesawatnya.
N250 ini merupakan pesawat turboprop pertama buatan dari Indonesia yang dikembangkan oleh IPTN. Pesawat ini memiliki teknologi fly-by-wire saat itu sangat populer.
CN235 merupakan pesawat angkut militer dan sipil yang dikembangkan bersama oleh Indonesia (IPTN) dan Spanyol (CASA). Pesawat ini lebih banyak digunakan oleh berbagai negara untuk keperluan militer, patroli maritim dan angkutan sipil.
Miniatur kedua pesawat ini menjadi simbol warisan teknologi yang ditinggalkan oleh Habibie untuk Indonesia.
Lukisan Eyang Habibie dan Ainun

Di perpustakaan ini juga terdapat lukisan eyang Habibie dan Ainun yang dlukis oleh pelukis Indonesia, Basuki Abdullah. Kalau tidak salah, lukisan ini juga hadiah pemberian Basuki Abdullah untuk eyang.
Outfit Eyang Habibie dan Ainun

Kalau mau lihat pakaian yang biasa digunakan oleh eyang Habibie dan Ainun. Kebetulan kemarin di perpustakaan terdapat outfit sehari-hari. Eyang Ainun memang lebih sering mengenakan batik dan simple kalau dari cerita mas Satria.
Sementara eyang Habibie lebih stylish ya, selain mengenakan stelan jas ini juga ada scarfnya. Dan eyang Habibie juga biasa mengenakan parfum kesukaannya.
Ruang Kerja
Tepat dibalik lukisan eyang Habibie dan Ainun terdapat ruangan kerja yang biasa digunakan. Sayangnya karena ini masih digunakan oleh keluarga, jadi tidak bisa untuk diperlihatkan ya.
5. Ruang Keluarga

Dari perpustakaan, kami melanjutkan ke ruang di mana biasanya eyang Habibie dan Ainun bersantai bersama keluarga. Selain itu juga suka digunakan untuk menerima tamu juga di sini.
Di ruangan ini juga terdapat lemari yang berisikan pajangan keramik gitu. Asli ya waktu masuk sini tuh mengingatkanku sama rumah almarhum mamaku. Karena beberapa pajangannya tuh mirip banget.
6. Ruang Pendopo

Lanjut dari ruang keluarga tadi kami menuju ke ruang pendopo. Ternyata dulunya ruangan ini merupakan lapangan tennis loh, memang terasa lebih luas sih. Ruangan yang bersejarah karena memiliki nilai sentimental dan budaya yang kuat. Di ruangan ini tempat melakukan berbagai kegiatan keluarga dan pertemuan penting.
Bernuansa tradisional Jawa, karena terdapat gebyok yang menampilkan ornamen kayu jati yang elegan. Selain itu terdapat ukiran khas Jawa di beberapa bagian ruang Pendopo.
Ruangan ini biasanya digunakan eyang Habibie dan Ainun untuk menerima tamu, baik dari keluarga maupun kenegaraan. Selain itu juga menjadi tempat berkumpulnya keluarga besar.
Di tempat ini pun menjadi saksi berbagai diskusi penting yang dilakukan oleh Habibie selama masa kepresidenan. Terdapat foto kenangan eyang Habibie dan Ainun.
7. Ruang Persemayaman
Untuk ruangan yang ini saya gak sempat foto, karena jujur agak melow ya kemarin pas melihat ruangan ini. Jadi ini tempat di mana eyang Habibie dan Ainun disemayamkan.
OOTD

Kapan lagikan bisa OOTD di rumah mantan Presiden Republik Indonesia. Mumpung mendapat kesempatan berkunjung jadi harus mengabadikan foto diri dulu. Kebetulan kemarin untuk para cucu intelektual harus mengenakan pakaian bernuansa batik atau wastra Indonesia.


Kemarin sebelum pulang pun saya berkesempatan untuk berfoto bersama mas Archie Wiriya, mbak Nadia Habibie dan mbak Putri Habibie. Sayang gak sempat foto bersama mas Satria, malah kelupaan deh.

Sebelum rangkaian tur sejarah Wisma Habibie dan Ainun selesai, kemarin kami para cucu-cucu intelektual berfoto bersama dulu. Konon katanya ini adalah rangkaian tur terakhir ya, tapi semoga nanti akan ada lagi ya.
Leave a Reply