Salah satu agenda tahunan yang selalu saya nantikan adalah IDEAFEST, namun tahun ini terasa berbeda sekali dari tahun-tahun sebelumnya. Karena IDEAFEST tahun ini diselenggarakan secara virtual dengan mengusung tema “Restart”.
Menampilkan 110 tokoh dan 6 program yang sangat menarik dengan tren industri kreatif saat ini seperti Talks & Conference, IdeaSpark FORUM, virtual Experience Expo, Music dan F&B.
Saya sangat menantikan IDEATALKS dihari pertama bersama ibu Vera Galuh Sugijanti, VP General Secretary of Sarihusada, ibu Dewi Muliaty, President Director of Prodia, dan Hannah Al Rashid, Actor & Activist dengan tema More Than a Woman: How These Female Leaders Make a Change.
Sebagai seorang perempuan saya tentu bangga sekali jika sekarang ini sudah tidak adalagi perbedaan antara pemimpin perempuan dan laki-laki. Karena saya sangat yakin sekali bahwa perempuan juga bisa membawa perubahan lebih baik.
Jadi ingat kalau banyak sekali stigma seputar perempuan, kalau perempuan itu gak usah sekolah tinggi-tinggi karena nanti juga akan berakhir di dapur, perempuan itu gak usah kerja karena nanti akan jadi ibu di rumah.
Stigma perempuan bekerja kadang masih terlihat, perempuan dianggap lebih lemah dari laki-laki sehingga jarang diberi tanggung jawab sebagai pemimpin. Tapi saya mau flash back sedikit saat masih bekerja di dunia media cetak, percayalah untuk divisi saya itu pemimpinnya adalah perempuan termasuk saya salah satunya.
Tantangan Yang Dihadapi
Perempuan dianggap lebih kuat, cerdas, kompeten dan memiliki emosi yang stabil dibanding laki-laki. Bahkan sekarang ini sudah terbukti banyak sekali pemimpin perempuan. Tetapi tantangan yang dihadapi oleh perempuan juga banyak, diantaranya:
- Isu laki-laki dan perempuan, keduanya memiliki cara berfikir dan bertindak yang berbeda. Namun, terkadang meski sama-sama berbakat, selalu ada diskriminasi yang membedakan keduanya. Hal ini yang membuat tantangan terbesar bagi seorang wanita.
- Bayaran yang tidak setara dengan pria atau sebaliknya, ini sering terjadi dalam lingkungan bekerja. Kadang pendapatan yang diterima masih tidak sama padahal tanggung jawabnya sama.
- Menyeimbangkan pekerjaan dan hidup, tanpa sadar banyak sekali perempuan yang bekerja berjuang untuk menyeimbangkan kehidupannya di rumah dengan pekerjaan. Terkadang menjadi perempuan bekerja yang sudah memiliki suami dan anak mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan hidup dan perannya sebagai karyawan, istri dan seorang ibu.
- Pelecehan seksual di tempat kerja, ini merupakan tantangan yang banyak terjadi dan perlu dihadapi oleh para perempuan adalah pelecehan di tempat kerja.
- Bias gender dan peluang kerja, ini juga salah satu dari tantangan perempuan bekerja. Tapi juga ada loh lowongan pekerjaan yang memiliki tugas tertentu seperti sering berpergian, aktivitas lapangan, dan lain-lain yang menjadikan jenis kelamin sebagai persyaratan utama.
- Cuti hamil, ketika seorang perempuan melahirkan, biasanya perempuan akan diberikan hak cuti lahiran sebanyak 3 bulan. Ini bertujuan untuk memberikan waktu padanya beradaptasi menjadi seorang ibu.
- Kurangnya panutan dalam dunia kerja, masih sering terjadi bahwa biasanya perempuan juga menjadi laki-laki panutannya. Contohnya seperit ingin seperti ayah, ingin seperti suami atau ingin seperti tokoh-tokoh sukses yang dikenalnya.
Semua Bisa Dimulai dari Rumah
Menurut Hannah Al Rashid, hal yang paling utama harus dilakukan adalah menghilangkan stigma perempuan dibawah laki-laki. Ini saya setuju banget, karena kita para perempuan juga bisa membawa perubahan lebih baik.
Tetapi yang perlu diingat, bahwa setiap perempuan itu memiliki standard yang berbeda. Karena saya pun yakin kalau kita juga memiliki goals dalam kehidupan, saya pun memiliki goals untuk diri sendiri dan keluarga. Selain itu kita juga membutuhkan support system, terutama keluarga terdekat.
Pasti sering dong mendengarkan kata-kata ini “jadi perempuan itu gak perlu sekolah tinggi-tinggi karena nantinya juga akan di rumah saja dan main di dapur”. Tapi ya masa kita gak punya bekal sama sekali, bekal disini maksudku untuk mempesiapkan diri menjadi perempuan, istri dan juga ibu yang bisa membawa perubahan lebih baik.
Ibu Vera Galuh, VP General Secretary of Sarihusada “harus dimulai dari rumah seperti 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) yanng merupakan periode emas yang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang buat hati hingga dewasa”.
Karena pada masa ini ibu memiliki peran penting dalam pemenuhan gizi di awal kehidupan buat hati. Ini sangat penting sekali untuk mendukung tumbuh kembang buah hati sekaligus berpengaruh terhadap kesehatannya.
Perempuan harus tolong menolong dalam apapun agar bisa memberikan energi positif. Perempuan itu tidak boleh lemah, harus kuat dan bisa mengambil hikmah dari apapaun yang terjadi, ini saya sangat setuju sekali dengan apa yang dikatakan oleh ibu Dewi Muliaty, President Director of Prodia.
Pendidikan untuk perempuan itu sangat penting sekali, mau jadi ibu rumah tangga, ibu bekerja semuanya juga butuh pendidikan menurutku. Dan seperti yang dibilang sama Hannah Al Rashid bahwa setiap perempuan memiliki goals yang berbeda. Dukungan suami, keluarga dan teman dekat memang sangat dibutuhkan sekali.
Penutup
Ibu Dewi Muliaty, President Director of Prodia “Perempuan atau laki-laki memiliki kesempatan yang sama, jika kita memang ingin dan merasa pantas untuk jadi pemimpin harus bisa membuktikannya. Tetapi yang harus diingat jika memang ingin membuktikan janganlah jadi inferior. Memiliki pendidikan yang cukup, dapat memaksimalkan waktu yang ada dan adanya support system sangat penting untuk kita.
Ibu Vera Galuh Sugijanti, VP General Secretary of Sarihusada “Dimulai dari kita, membangun dengan cepat bersama komunitas yang dimiliki, keluarga dan team yang luar biasa. Rayakan kemenangan yang didapatkan, jadilah diri sendiri jadi pernah lelah berusaha dan carilah sistem pendukung yang tepat.
Hannah Al Rashid, Actor & Activist “Harus memiliki rasa percaya diri dan mengakui, selain itu harus memiliki team pendukung yang tepat. Kesetaraan gender harus dibarengi dengan support system yang baik. Jadikanlah suami, ayah atau keluarga sebagai support system”.
Leave a Reply