Waktu di ID Corners membuka pendaftaran untuk acara Telisik Budaya Jawa Barat, saya langsung ngecek kalendar dan memastikan ke orang rumah kalau pada tanggal 24 Agustus 2019 tidak ada acara. Karena pengen banget ikutan acaranya ID Corners, yang membuat saya tertarik untuk ikutan karena penasaran sebenarnya sama Kampung Sindangbarang.
Biasanya kalau saya akan ikut suatu kegiatan, suka mencari tau dulu tentang tempat tersebut. Sekarangkan mudah banget ya mencari informasi, tinggal cari di Google dan Instagram kalau saya.
Melihat Kampung Budaya Sindangbarang ini yang membuat penasaran, ada apa sih disana? Apalagi ini sekalian belajar tentang travel photography dan travel blogger.
Titik kumpul acara langsung di stasiun kereta Bogor, saya janjian sama Gina untuk bertemu di stasiun Cawang dan naik kereta ke Bogor jam 05.18 ternyata kereta menuju Bogor sesuai dengan jadwal yang saya lihat di aplikasi.
Jujur ya ini perjalanan pertama saya ke Bogor menggunakan kereta. Ternyata di jam segitu paginya sudah lumayan juga penumpang yang hendak ke Bogor melalui stasiun kereta Cawang.
Sesampainya di stasiun Bogor, saya dan Gina mencari sarapan terlebih dahulu untuk ngeganjel perut sebelum perjalanan menuju Kampung Sindangbarang. Ekspektasi mau sarapan bubur ayam tapi nampaknya ada toko yang sudah dadah-dadah untuk memanggil kami untuk sarapan segelas mie instan dan sebotol air mineral.
Sambutan Hangat Alunan Angklung Gubrag
Perjalanan kurang lebih satu jam dari stasiun kereta Bogor menuju Desa Budaya Kampung Sindangbarang dengan menggunakan angkot yang disewa untuk mengantarkan kami. Asik banget deh perjalanan saya kali ini, karena memang seru bersama teman-teman blogger.
Untuk menuju Kampung Sindangbarang ini memang jalannya agak lumayan sih, ada beberapa kali tanjakan yang tidak memungkin kami berada didalam mobil. Karena mobil angkot yang kami naiki ini ada mobil lama, mobil angkot pada umumnya di kota Bogor.
Jadi setiap mau tanjakan yang lumayan, si abang langsung meminta kami untuk turun agar kuat di gas mobilnya. Lumayan bakar kalori setelah makan mie instan pagi-pagi.
Akhirnya kita sampai nih di Desa Budaya Kampung Sindangbarang, berasa banget deh hawa-hawa syahdu gitu. Emang masih berasa di desa dengan keadaan udara yang menyejukan sekali.
Begitu dekat dengan pintu masuk, sudah ada para ibu-ibu yang menyambut kami dengan suara Angklung Gubrag dan bernyanyi dengan sayup-sayup. Yang saya ingat hanya kata-kata ini “selamat datang di Sindangbarang”.
Buat yang belum tau tentang Desa Budaya Kampung Sindangbarang ini merupakan suatu kampung adat Sunda yang terletak di Desa Pasir Eurih Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor.
Kampung Budaya Sindangbarang adalah salah satu komunitas yang hingga kini mempertahankan aspek kebudayaan lokal kerajaan Pajajaran, dimana terdapat 78 lokasi situs sejarah Pakuan Sindangbarang.
Nah, kemarin waktu di Kampung Sindangbarang saya dimanjakan dengan beberapa kesenian dari Jawa Barat seperti Tari Rampak Gendang, Barudak Kaulinan, Tari Merak, Angklung Gubrag dan Parebut Seeng.
Semuanya ini membuat saya mengingat kembali tentang budaya Indonesia. Coba deh kalau gak ikutan acara dari ID Corners ini pasti belum tentu bisa lihat seni budaya khas Jawa Barat.
Merekam Indahnya Seni Budaya Jawa Barat di Kampung Sindangbarang
Saya kagum pada masyarakat Kampung Sindangbarang, mereka masih terus melestarikan seni budaya Jawa Barat. Mulai dari anak-anak hingga orang tua, yang semuanya adalah masyarakat sekitar Desa Budaya Kampung Sindangbarang.
Semangat mereka untuk memberikan yang terbaik juga melestarikan budaya ini patut diacungi jempol loh. Waktu dikasih tau sudah saatnya mereka akan segera tampil, saya bergegas untuk mengambil posisi yang paling oke buat nonton dan sekaligus ngejepret saat mereka menari.
Sudah pasti dong ini kamera kudu benar settingannya jangan sampai salah fokus. Tantangan banget emang motret movement ginikan? Biasanya yang saya foto tuh objeknya diam tak bergerak tapi kali ini kudu lebih cepat dan tepat membidikan kamera.
Yang pasti settingan kamera harus continues dan pastikan juga speednya. Tapikan kamera sekarang itu sudah canggih banget jadi tinggal auto saja bagiannya speednya agar dia menyesuaikan apa yang kita akan tangkap.
Apalagi kalau menggunakan kamera dari Fuji Film, sudah tidak perlu diragukan lagi kehandalannya dalam menangkap gambar.
1. Tari Rampak Gendang
Yang paling pertama disuguhkan adalah Tari Rampak Gendang, ini dibawakan oleh tiga orang anak remaja perempuan. Dengan sangat semangat dan gembira mereka memberikan yang terbaik untuk mengingatkan kami akan indahnya seni budaya Jawa Barat di Kampung Sindangbarang.
Rampak Gendang merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Jawa Barat. “Rampak” berasal dari bahasa sunda yang bermakna serempak atau secara bersama-sama. Untuk memainkan Rampak Gendang ini biasanya dipertunjukkan lebih dari dua orang.
Kesenian Rampak Gendang merupakan representasi dari kebersahajaan masyarakat Sunda. Di dalam kesenian tersebut kaya akan nilai-nilai filosofis, mencerminkan masyarakat sunda yang guyub dan harmonis berlandaskan sifat-sifat kegotong-royongan dan keceriaan.
2. Kaulinan Barudak
Yang paling gemes nih, atraksinya para bocah-bocah Desa Budaya Kampung Sindangbarang. Gimana gak gemes coba, lihat mereka menari, bermain dengan riang gembira. Kaulinan Barudak yang dalam bahasa sunda berarti permainan anak-anak, jadi mereka memberikan kita suguhan permainan anak-anak pada zaman dulu.
Jadi mereka ini mengingatkan kembali kepada kita betapa permainan anak-anak pada zaman dulu itu benar-benar mengasyikan, apalagi jika dimainkan bersama dengan teman-teman.
Tentu saja ini merupakan hal yang baik untuk melestarikan permainan tradisional yang menurut saya sudah hampir punah ditelah oleh banyaknya permainan digital. Padahal permainan anak-anak pada zaman dulu itu merupakan salah satu harta waris kebudayaan.
3. Tari Merak
Salah satu tarian yang berasal dari Jawa Barat adalah Tari Merak yang merupakan tarian khas yang berasal dari Jawa Barat. Tarian ini merupakan ekspresi kehidupan dari seekor burung merak, gerakan-gerakannya pun diambil dari tingkah laku burung merak.
Tarian ini lebih tepatnya diambil dari tingkah laku burung merak jantan pada saat ingin memikat burung merak betina. Suatu gerakan burung merak jantan ketika memperlihatkan keindahan bulu ekornya.
Gerakan ini dimaksudkan untuk menarik perhatian dari burung merak betina. Namun seiring dengan perkembangan zaman tari merak Jawa Barat ini telah mengalami beberapa perubahan dari gerakan aslinya.
4. Angklung Gubrag
Waktu beberapa hari lalu saya pernah mengunggah foto para ibu-ibu pemain Angklung Gubrag ini. Ternyata tidak hanya saya saja yang tidak mengetahui tentang Angklung Gubrag ini.
Dari beberapa yang komen di instagramku juga lumayan pada gak tau, mungkin karena memang si Angklung Gubrag jarang menjadi salah satu pertunjukkan di daerah lain.
Angklung Gubrag merupakan kesenian yang lekat hubungannya dengan kebudayaan Sunda. Kesenian yang sudah ada sejak zama kasepuhan ini merupakan salah satu bentuk seni dari pola kehidupan masyarakat Sunda yang agraris.
Pada zaman dulu ketika ingin menanam dan memanen padi, masyarakat Sunda menggunakan angklung gubrag sebagai iringan. Bagi masyarakat Jawa Barat tempo dulu, hal-hal yang berkaitan dengan perladangan dianggap sebagai suatu yang sakral.
Karena dianggap sakral, maka setiap masyarakat yang hendak menaman dan memanen padi harus dilalui dengan sebuah ritual. Masyarakat Jawa Barat meyakini bahwa suara rampak yang keluar dari angkung gubrag dipercaya dapat menggetarkan tumbuhan, sehingga pada dapat cepat tumbuh.
5. Perebut Seeng
Nah, jangan sedih jangan pilu saya pun baru tau tentang Parebut Seeng ini. Waktu kedua anak laki-laki ini tampil dan mempertontonkan awalnya emang dikira hanya silat biasa saja. Ternyata bukan dong, ada ceritanya banget si Parebut Seeng.
Parebut Seeng ini biasa dilakukan oleh laki-laki, baik anak-anak maupun orang dewasa. Dalam permainan ini, peserta diharuskan mengenakan pakaian hitam-hitam khas tradisional sunda yang dikenal dengan nama baju kampret, dilengkapi dengan penutup kepala yang disebut dengan iket atau totopong.
Sebagai seni tradisi yang sudah ada sejak zaman Kasepuhan Sundah. Parebut Seeng selalu dipentaskan dalam berbagai acara tradisional masyarakat Sunda, seperti pada pernikahan adat, khitanan dan Seren Taun.
Secara umum, peraturan dalam Parebut Seeng sangat sederhana sekali. Salah satu membawa Seeng, yaitu tungku nasi tradisional. Sementara gerakan silat, peserta yang lain berusaha untuk merebut tungku nasi tersebut. Apabila tungku nasi tersebut berhasil direbut, maka peserta lain harus merelakan tungku tersebut pindah tangan.
6. Silat dari Cimande
Setelah tadi ngobrolin tentang Parebut Seeng yang didalamnya pun ada seni bela diri, nah iya seni bela diri Silat Cimande. Pencak silat Cimande merupakan seni bela diri asli dari Bogor, Jawa Barat. Tidak hanya terkenal di dalam negeri tapi juga tersohor hingga ke mancanegara dan telah memiliki banyak perguruan pencak silat.
Kenapa kalau seni bela diri pencak silat gini ingatnya sama Iko Uwais ya? Mungkin ini efek dari kebanyakan lihat film laga yang diperankannya. Habis lihat ini, saya bilang ke anakku kalau kelak dia haru bisa silat.
Merekam Seni Budaya Bersama Fujifilm dan ID Corners
Hasil jepretan saya tentang seni budaya Jawa Barat di Kampung Sindangbarang hasil dari belajar bersama ID Corners dengan uni Raiyani Muharramah. Jadi dapat ilmu baru lagi nih tentang travel photography terutama motret pertujukan seperti kesenian budaya.
Tapi benar juga sih kata uni Rai ini, kebanyakan kita lebih sering motret dengan angle “eyelevel” setelah kemarin belajar low angle untuk movement ternyata enak juga dan emang jadi beda banget sih.
Kalau menurut saya tuh, setiap foto terlihat bagus itu tergantung dari kita cara ngambilnya. Yang akan selalu saya “setiap orang tidak akan memiliki hasil bidik yang sama walau berada bersebelahan”. Emang bener sih, kalau mau cek bisa #idcornerstravelworkshopbeda-beda hasilnya.
Gak cuma soal moto aja sebenarnya, menulis pun juga ada caranya. Walau kebanyakan kalau di blog itu lebih sering curhat, hahahahhaaa… Pembekalan ilmu travel blog yang disampaikan oleh mbak Donna Imelda juga menjadikan masukan untuk saya nih.
Setelah dapat materi gitu emang paling enak langsung praktek deh ya. Mengulik kamera FujiFilm saat di Kampung Sindangbarang menjadi suatu tantangan bagi saya. Jujur deh ya kemarin motret itu saya setting semua secara manual untuk speed, bukaan dan iso.
Merekam Momen Bersama
Teman-teman yang lain juga pada senang sekali ngulik kamera FujiFilmnya, apalagi sekarang itu menurut saya sudah banyak sekali kemudahan yang deberikan oleh FujiFilm dalam mengambil moment.
Semua langsung praktek deh sama ilmu yang diberikan oleh uni Rai, seru banget ya. Apalagi kita motret ramai-ramai gini seru, yang paling seru tuh bisa kita menggunakan kamera FujiFilm dengan berbagai macam tipe.
Apalagi sekarang kamera FujiFilm ini lebih gampang penggunaannya untuk orang yang baru belajar motret. Kalau kalian dikasih pilihan mau pilih FujiFilm seri apa ya untuk kegiatan motretnya?
Jangan lupa, “kamera yang paling bagus adalah kamera yang sekarang sudah dimiliki dan menjadi teman dalam segala motret”.
Ini Alasan Kenapa Kamu Harus Pakai FujiFilm XA5
Oh iya, sekalian saya mau ngasih rekomendasi nih buat teman-teman yang ingin belajar foto atau sekalian mau bikin video dengan kamera mirrorless bisa menggunakan kamera FujiFilm XA5. Ini salah satu kamera untuk para pemula atau yang emang sedang mencari kamera baru nih.
Kalau saya pertama lihat kamera FujiFilm XA5 ini langsung naksir dengan design bodynya, semacam retro gitu soalnya. Apalagi yang warna hitam dengan kombinasi warna abu-abu tua itu, cocok banget itu emang deh. Kalau saya bawa-bawa untuk traveling juga gak makan tempat soalnya.
Layar LCDnya sudah touchscreen loh! Layar LCD dengan ukuran 3inci ini bisa dilipat hingga 180 derajat hingga menghadap ke depan untuk mempermudah kita kalau mau foto selfie atau bikin video ala-ala para Youtuber gitu. Kabarnya FujiFilm XA5 dilengkapi dengan lensa type XC 15-45mm terbaru dengan menggunakan system elektronic zoom.
Buat yang suka bikin video, kamera FujiFilm XA5 ini sudah dilengkapi dengan jack untuk mic external loh. Dengan resolusi 4K adalah fitur yang ditambahkan untuk kamera mirrorless Fuji Film XA5.
FujiFilm XA5 memiliki rentang sensitivitas ISO antara 200 hingga 12800. Di XA5 ada dua mode baru yakni 4K Burst Shooting yang memungkinkan pengguna memilih sekaligus menyimpan bingkai terbaik dari rekaman video 4K dan Multi Focus Mode.
Nah, gimana? Ini beberapa yang bisa aku kasih tau tentang FujiFilm XA5 untuk yang ingin belajar motret atau mengganti kamera mirrorless. Ini saya aja naksir banget sama XA5 ya, karena emang compact kalau menurut saya sendiri.
Foto bersama teman-teman ID Corners dan pengisi acara di Desa Budaya Kampung Sindangbarang. Seru deh, ingin rasanya mengulang momen tiarap lagi.
Untuk teman-teman yang mau main ke Desa Budaya Kampung Sindangbarang bisa langsung ajak teman-teman, keluarga atau gebetan sekali pun untuk melihat bagaimana seni budaya Jawa Barat ditampilkan disana.
Leave a Reply