
Liburan tipis-tipis sambil menikmati pemandangan alam sekitar tentu memanjakan mata kita. Beruntungnya saya bisa ikutan Jelajah Alam Bersama Danone-AWUA bersama teman-teman tanggal 10-11 September 2019 di Klaten, Jawa Tengah.
Yang selalu saya suka dari setiap acara bersama Danone-AQUA ini adalah banyak memberikan pelajaran bagaimana cara memberdayakan masyarakat untuk menciptakan kesejahteraan di desa tersebut.
Melalui upaya pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat agar dapat meningkatkan produktivitas rakyat.
Perjalanan kali ini bersama tiga influencer, Renaldi Ahmad (@skinnymonkey), Kenny Santana (@kartuposinsta) dan Caesa Ramadhanisa (@caesadhanisa). Biar pada tau keseruan waktu acara Jelajah Alam bersama Danone-Aqua bisa juga cari di #JelajahAlamAqua
Dimulai dari Pabrik AQUA

Kali kedua saya mampir di pabrik AQUA, air minum yang menjadi konsumsi saya dan keluarga dirumah setiap hari. Kunjungan kedua agak berbeda dengan kunjungan pertama kali kesini, karena yang kali ini saya juga melihat bagaimanan Aqua galon diproduksi.
Tetap excited setiap kali kunjungan ke pabrik, karena selalu ada cerita berbeda disetiap perjalanan.
Tak hanya berkunjung saja, disini kita juga diberitahu bagaiman air itu sangat penting bagi kehidupan. Tidak hanya untuk manusia saja, air juga penting untuk tumbuhan dan hewan.
Ibaratnya kalau haus kita butuh minum air, makanya air AQUA selalu dijaga agar kualitasnya tetap bagus dan aman dikonsumsi oleh masyarakat.
Air dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai keperluan industri, pertanian, transportasi dan lain sebagainya. Dalam kehidupan air bisa diartikan sebagai sumber kehidupan dan tanda dari adanya kehidupan.
Makanya kita juga harus bijak dalam penggunaan air untuk kehidupan sehari-hari, jangan biarkan air bersih terbuang begitu saja.
Hamparan Hulu DAS

Setelah dari pabrik Aqua, kita langsung diajak melihat Hamparan Hulu DAS Pusur. Percayalah waktu turun disini tuh panas tapi anginnya dingin, cuacanya cerah dan berasa banget disini udara segar banget.
Nah balik lagi ngobrolin hulu DAS Pusur, Danone-Aqua juga memiliki kepedulian terhadap pengelolaan sumber daya alam berupa air. Salah satunya dengan menyelamatkan sumber mata air di sekitar Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur.
Yang perlu diketahui bahwa Danone-Aqua Klaten si kawasan Sub DAS Pusur sudah berjalan dari hulu sampai hilir. Hal ini terjadi karena adanya kerjasama dengan Lembaga Pengembang Teknologi Pedesaan (LPTP) Surakarta dan Pusur Institute. Lalu perjalanan kita dilanjutkan menuju tempat budidaya Bunga Krisan di Desa Mriyan.
Menanam Bunga Krisan



Setelah tadi melihat indahnya hamparan hulu DAS Pusur, sekarang kami peserta Jelajah Alam Aqua diajak untuk menanam bunga Krisan. Bunga Krisan ini termasuk salah satu bunga favoritku kalau untuk foto produk di rumah. Kali ini bersama Danone-AQUA diajakin bagaimana Bunga Krisan ini dibudidayakan.
Bekerjasama dengan Danone-AQUA mengajak warga Desa Mriyan untuk budidaya bunga Krisan dan konservasi Anggrek. Dengan berkembangnya budidaya bunga Krisan yang mampu mengangkat sisi ekonomi ini telah berkembang dari semula satu tempat kini sudah ada beberapa lokasi. Hal ini dapat mengangkat sisi ekonomi mandiri masyarakat di Desa Mriyan.
Bunga Krisan ini butuh waktu 3-3,5 bulan untuk tumbuh memiliki bunga yang cantik, setelah panen bunga Krisan ini dijual oleh warga ke berbagai macam toko bunga di daerah Solo dan Yogyakarta. Menurut ibu-ibu di Desa Mriyan, nilai jual bunga Krisan juga sangat tinggi dan sangat lumayan untuk pendapatan mereka.
Makan Siang di Gumuk Indah
Kelar menanam bunga Krisan bersama para ibu-ibu di Desa Mriyan, kami melanjutkan untuk jalan ke Gumuk Indah. Kebayang deh kita makan siang di Gumuk Indah yang letaknya dibawah kaki Gunung Merapi, jangan tanya capek atau enggak menuju kesana. Hahahaa…
Emang bener deh ya, umur itu gak bohong, apalagi didukung dengan tidak pernah olah raga fisik. Waktu dari tempat menanam Bunga Krisan menuju ke Gumuk Indah ini sih masih santai sambil menghirup udara nan dingin disana. Sesekali juga sambil ngobrol dengan teman-teman, tapi begitu sampai diatas ngos-ngosan banget dong.
Langsung duduk dan sudah males gerak karena lelah saya, tapi itu hanya sebentar doang kok. Begitu lihat menu makan siangnya yang penuh dengan kemewahan, langsung lupa deh tuh kalau habis ngos-ngosan jalan keatas.
Makan siang saya termewah sepanjang ini bersama teman-teman Jelajah Alam AQUA, makannya ala piknik di Gumuk Indah sambil dikasih lihat pemandangan yang super indah banget.

Ini loh menu makan siang termewahku, sungguh ini luar biasa karena ini untuk pertama kalinya saya makan nasi jagung. Kirain waktu dikasih tau nasi jagung itu adalah perpaduan antara beras dan jagung, ternyata bukan.
Lalu ada tumis daun Adas, ini juga untuk pertama kalinya. Lalu ada teman-temannya seperti ikan teri, ayam dan tempe. Sebentar, saya berasa kenapa tempe dan ikan teri ini enak sekali ya beda banget sama di Jakarta.
Yang paling menarik adalah makannya dengan menggunakan daun Tutup, yang awalnya saya mengira ini daun Jati tapi ternyata beda. Gimana menu makan siangku? Kepengen nyobain juga gak? Sehabis makan jangan lewatkan untuk foto-foto disekitar Gumuk Indah ya, tapi jangan buang sampah sembarangan disini ya.

Nah, habis makan siang mewah tenaga mulai terisi dong dan kebayang berada diatas Gumuk Indah ini bikin mager mau kemana-mana sebenarnya. Lalu harus punya foto kecelah di Gumuk Indah ini, foto dengan gaya menolak silaunya matahari.
Arisan Biogas di Desa Mundu

Ceritanya anak komplek lagi main ke Desa Mundu nih, disini saya dapat pelajaran baru lagi nih tentang Biogas. Tadinya kita kesini sekalian mau memerah sapi, tapi sayang ternyata sapinya sudah diperah duluan karena memang sudah sore.
Masyarakat di Desa Mundu mengembangkan biogas dari kotoran ternak sapi yang mereka miliki sebagai alternatif energi. Selain untuk pengendalian pencemaran lingkungan, pembuatan biogas dari kotoran sapi sebagai langkah antisipasi jika terjadi kelangkaan energi. Sebagai contoh, masyarakat disana bisa menyalakan kompor dan untuk penerangan rumah warga desa Mundu.
Makanya untuk melakukan pengembangan sumber energi alternatif tersebut, warga mengadakan arisan biogas yang diperuntukan pembuatan digester dan instalasinya. Karena memang modal diawal sangat besar tapi manfaat yang dirasakan oleh raga bisa jangka panjang.
Biogas ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar elpiji yang sering langka di daerah tersebut.
Tujuan dibuatnya arisan biogas ini sebenarnya masyarakat desa Mundu menginginkan Desa Mundu menjadi desa yang mandiri energi. Saat ini masyarakat Desa Mundu telah menggunakan bahan bakar biogas.
Jadi kalau mati listrik pun mereka tetap bisa nyala lampunya dan bisa masak juga. Selain itu masyarakat di desa Mundu juga bisa berhemat dengan adanya biogas ini.
Cara pembuatan biogas ini cukup sederhana, karena hanya dengan menyediakan lubang tertutup dengan konstruksi dinding dan lantai semen, sebagai penampung kotoran sapi dari kandang.
Dari lubang tersebut dipasang pipa dan keran untuk mengalirkan biogas ke kompor. Setiap keluarga di desa Mundu ini minimal memiliki dua ekor sapi, jadi biogas yang dihasilkan dapat memenuhi keperluan memasak selama satu bulan.
Harapannya dengan pembuatan biogas ini menjadi solusi peternakan yang ramah lingkungan, karena kotorannya tidak menimbulkan pencemaran tapi memiliki nilai ekonomi karena bisa menghasilkan biogas sebagai bahan bakar.
Keliling Kota Solo Dengan Werkudara

Kalau di Jakarta gak pernah naik bus tingkar untuk keliling Jakarta, tapi di Solo berhasil naik Werkudara yang warnanya merah. Bus tingkat ini memang menjadi salah satu transportasi untuk para wisatawan menikmati kota Solo. Sayangnya kami naik ini sehabis maghrib, tapi gak masalah yang penting berhasil naik bus tingkat.
Werkudara ini memiliki rute dari Keraton Surakarta, Kampung Batik Kauman dan Laweyan, Mangkunegaraan, Museum Radya Pustaka dan sejumlah tempat lainnya. Hari pertama Jelajah Alam AQUA ditutup dengan berkeliling kota Solo.
Segelas Teh BUnga Telang Mengawali Hari Kedua di Jelajah Alam Bersama AQUA


Ada yang sudah pernah nyobain teh dari bunga Telang? Kalau saya sendiri lebih suka es teh bunga Telang. Membuka hari kedua dengan berkunjung ke Pertanian Karanglo, ini juga merupakan kali kedua saya main ke Desa Ponggok.
Untuk minum teh bunga Telang ini juga dapat diteteskan dengan jeruk nipis, maka warnanya akan berubah menjadi biru.
Tak hanya bunga Telang saja, disini juga memproduksi beras sehat dan budidaya Tyto Alba. Tyto Alba ini merupakan burung hantu putih, yang diperuntukan sebagai obat alami untuk memangsa hama yang kerap menyerang area pertanian warga.
Bank Sampag Polan

Yang paling saya tunggu itu main ke bank sampah Polan, kali ini Jelajah Alam AQUA memilih Bank Sampah Margo Saras. Bank sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan tapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah.
Setiap warga disini memiliki buku tabungan layaknya menabung di bank, sebagai tanda bahwa mereka sudah setoran sampah sesuai dengan kategori yang sudah ditentukan.
Sampah yang ditabung akan ditimbang dan dihargai dengan sejumlah uang nantinya akan dijual di pabrik yang sudah bekerja sama. Sementara sampah plastik dibeli oleh ibu-ibu PKK setempat untuk didaur ulang menjadi barang-barang kerajinan.


Setiap warga dirumah memiliki 1 buku tabungan dan beberapa kantong plasting dari bahan karung, ini diperuntukan menempatkan sampah sesuai dengan kategorinya seperti logam kaca, plasti, kertas dan lainnya. Awal lihat kantong sampah ini saya terfikir ini bisa menjadi tren juga membuat tote bag dari karung.
Disini anak-anak muda yang tergabung dalam karang taruna, setiap minggu juga aktif mengambil sampah-sampah yang tidak bisa diolah. Menukar sampah dengan sembako, ini membuat beberapa desa sekitar ingin juga bergabung dengan mereka.
Sampah-sampah yang mereka hasilkan tidak hanya dari sampah rumah mereka saja, namun mereka juga menjemput bola untuk mendapatkan sampah tersebut.
Bermain Air di River Tubing
Sebelum main air di River Tubing, kami semua berkunjung ke Taman Kehati terlebih dahulu. Disini kita diajak untuk bermain terlebih dahulu, permainannya pun mengasah kemampuan kita,
Serunya waktu bermain kelompok kita diminta mencari 4 flora dan 4 fauna. Tapi, gamesnya ini harus melakukan scan pada tanaman yang ada di Taman Kehati ini. Dan semuanya diunggah ke instagram story.

Setelah selesai bermain di Taman Kehati, kami semua menuju Rumah Sumber Mata Air terlebih dahulu sebelum akhirnya kami bermain air di River Tubing Pusur Watu Kapu,
Tapi nih kita juga diajak main air di Umbuk Sigedang. Kalau kata orang-orang sih “mandi dengan ribuan air galon AQUA”. Sayangnya saya tidak ikutan main air di Umbul Sigedang karena saya gak bisa berenang, kasihan amat ini cuma motoin aja waktu kemarin disana.
River Tubing Pusur Watu Kapu


Jangan sampai sudah gak main air di Umbul Sigedang terus aku gak ikutan main river tubing pusur jugak, karena disini pakai pelampung dan hanya duduk diban jadi saya berani. Kebetulan juga kemarin arus airnya tidak begitu kencang. Jarak tempuh dari tempat kita mulai dan nanti berakhit kurang lebih 30 menit.
Main disini gak perlu khawatir ada sampah, karena river tubing pusur disini bersih loh. Padahal tahun-tahun sebelumnya disini itu dipenuhi oleh sampah, tapi sekarang sudah bersih dan dijadikan tempat wisata. Warga sekitar mulai bergerak melawan sampah, dengan melakukan kegiatan pengambilan sampah yang pada akhirnya menjadi kegiatan rutin.
Akhirya tubing pusur pun dijadikan tempat wisata setelah dibersihkan, hasilnya juga lumayan banget. Tubing di sungai pusur terbagi dalam dua rute, rute singkat dan rute panjang.
Keduanya pun memiliki medan yang berbeda juga. Waktu pertama kali datang kesini, kita mandinya dirumah warga yang memang disediakan untuk para wisatawan. Kalau kemarin kita mandi memang dikamar mandi umum.

Jangan lupa setiap aktivitas dan dimanapun selalu banyak minum air putih ya, dan pastikan kamu minum air mineral AQUA. Sampai jumpa di Jelajah Alam selanjutnya.
Leave a Reply